Sabtu, 12 Juni 2010

“DON’T THINK, JUST SHOOT!”

Di era yang serba digital saat ini, ternyata ada juga orang-orang yang bergaya hidup kuno. Apalagi mereka berkutat dengan dunia fotografi. “Don’t think, just shoot!” merupakan slogan yang membuat orang-orang itu selalu bergairah dengan gaya hidupnya.


Ya, Lomography, suatu kegiatan yang berkutat dengan dunia fotografi menggunakan kamera analog, Lomo. Orang-orang yang hobi, bahkan bergaya hidup dengan lomografi memiliki idealisme tersendiri dalam hal jepret-menjepret. Dengan slogannya, mereka tidak suka berpikir terlalu lama dalam hal memotret. Yang terpenting adalah langsung menggambil gambar. Perkara hasil urusan belakangan.
Lomography Society Indonesia (Lomonesia) adalah sebuah komunitas yang terbentuk sejak tahun 2004 yang mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan lomography. Komunitas yang sering beradu pikiran di dunia maya ini ternyata berawal dari komunitas besar internasional. Di Indonesia sendiri ada beberapa daerah yang menjadi cabang dari komunitas ini. Salah satunya adalah Bandung, dengan “Ranger” senbagai nama komunitasnya.
Salah satu representatif Ranger, Adityo Nugroho yang akrab dipanggil Oki mulai masuk Lomonesia karena ketertarikannya terhadap lomography itu sendiri. Menurutnya, dengan kamera analog, kita bisa berekspresi sebebas mungkin. Hasil dari jepretan kita tidak bisa kita tebak seperti menggunakan kamera digital. Hal itulah yang menjadi sisi terunik yang sangat kuat di lomography. Selain itu, Rizky Nurfa’ni Muslaeni yang juga representatif Ranger menambahkan, kita bisa lebih menghargai hasil jepretan kita karena biasanya kita simpan foto yang sudah dicetak.
Semakin maraknya dunia digital apalagi kamera digital, membuat cetusan pendapat tersendiri dari Oki. Bagi dia, ia tahu kapan memakai digital dan kapan memakai analog atu lomo. Untuk pekerjaan, mungkin akan lebih mudah dan cepat memakai kamera digital. Tapi untuk sebuah kepuasan dan idealisme, lomography adalah jalan keluarnya. Tidak hanya itu, dengan lomo, ia pernah bekerja untuk mengisi rubrik Fashion di sebuah majalah ternama. Hasilnya pun jauh lebih bagus dan mendukung konsep yang direncanakan sebelumnya. Ini salah satu bukti, lomo bisa juga untuk ajang bisnis.
Gaya hidup yang nyaman adalah gaya hidup yang setiap orang miliki. Begitu juga dengan Oki dan Enem, mereka lebih suka memakai lomo. Selain menarik karena keunikannya dan mengasah insting pencahayaan dalam fotografi, lomography juga menyimbolkan adanya komunikasi dalam setiap jepretannya. Artinya,, bisa saja setiap waktu kamera kita dikirim ke saudara jauh dan digunakan saudara kita untuk memotret objek di daerahnya. Hasilnya akan menumpuk dan unik karena adanya komunikasi itu sendiri.
Salah satu hal yang unik dari gaya hidup seperti ini adalah adanya ajang pameran. Pameran lomography tidak melulu foto yang dibingkai layaknya pameran foto pada umumnya. Pameran lomography bisa dalam berbagai bentuk, baik itu instalasi, slide show, dsb. Hal yang terunik lainnya adalah orang-orang yang memiliki gaya hidup seperti ini tidak harus dari orang-orang desain, ataupun fotografer. Sampai detik ini, banyak profesi unik yang mempunyai lifestyle ini, seperti pelaut, dokter gigi, dan pegawai negeri.
Berbicara tentang gaya hidup memang tidak bicara tentang profesi karena semua itu adalah pilihan. Dengan adanya perkumpulan atau orang-orang yang sama gaya hidup atau hobinya dengan kita, kita akan lebih bisa jauh mengekplorasi bakat dan potensi yang ada dalam diri kita. Seperti layaknya lomonesia, orang-oarang yang ada di dalamnya tidak melulu bicara tentang lomography. Suatu waktu mereka jalan bersama “TRIP” bahkan mengeksplorasi hobi-hobi lain, seperti olahraga.
Satu hal yang menggelitik, orang-orang yang bergelut di lomography mempunyai aturan yang mungkin juga bukan aturan. Ya, The Ten Golden Rules:
1. Take your camera everywhere you go.
2. Use it any time – day and night.
3. Lomography is not an interference in your life, but part of it.
4. Try the shot from the hip.
5. Approach the objects of your Lomographic desire as close as possible.
6. Don’t think. (William Firebrace)
7. Be fast.
8. You don’t have to know beforehand what you captured on film.
9. Afterwards either.
10. Don’t worry about any rules.
Bagaimana dengan Anda? Mungkinkah Anda salah satu bagian dari mereka tapi belum dapat banyak info tentang komunitasnya? Gabung saja dengan komunitas yang sering bercengkrama lewat dunia maya ini di Milist, Multiply, Facebook dan Twitter. Kunjungi websitenya di www.lomonesia.com
Untuk Pembelian Online maupun Ofline, Service kamera dan konsultasi kamera Lomography bisa menghubungi di
Lomography Embassy Store Jakarta
Jl. bumi No. 17 Mayestik, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan, Indonesia,
Telp : +6221 - 7395302



Untuk bergabung dengan komunitas resmi lomography di kota-kota besar di Indonesia, dan mengikuti event lomography seperti hunting, gathering, exhibition dan berteman bisa menghubungi Lomography Society Indonesia.

Tentukan sikap mulai sekarang!
PILIHANMU, HIDUPMU!
(Kurniawan Agung Wicaksono)

Generasi Muda Mau Enaknya Saja?

Alasan nggak ada waktu, malas, nggak bisa ini, nggak bisa itu agaknya sudah wajar melanda hampir semua mahasiswa dan mahasiswi di Jatinangor, Jawa Barat. Hal ini tampak terlihat jelas dalam hal cuci pakaian, makan, menggunakan internet sampai uang kos atau kontrakan.
Hampir sebagian besar mahasiswa mencuci dengan jasa laundry atau tukang cuci. Biaya yang dikeluarkan pun beragam, ada yang hitungannya per kg, per bulan, bahkan per semester. Salah satu mahasiswi Fikom Unpad, yang terhitung baru juga menjadi mahasiswa, Khara, biasa memakai jasa laundry. Hitungannya per 15 kg, Khara harus merogoh kocek Rp65.000,00, sehingga ia biasa menghabiskan jatah kiloannya, tak tentu bulanannya. Alasan memakai jasa laundry sendiri, menurut Khara, biar nggak repot. Lain halnya dengan Siska. Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Unpad ini mengaku sangat sibuk dengan schedule kuliahnya. Hal ini mengakibatkan dia capek. Ya, ujung-ujungnya dia menggunakan jasa laundry yang sudah disediakan pihak wisma. Siska membayar Rp300.000,00 per bulan untuk jasa laundry tersebut. Setelah diselidiki lebih jauh, ternyata ada yang lebih mencengangkan. Markus, mahasiswa jurusan Humas Fikom Unpad ini harus merogoh kocek Rp150.000,00 per bulan untuk jasa laundry. Ya bisa dibayangkan berapa duit yang harus ia keluarkan tiap bulannya hanya karena malas mencuci sendiri. Kecenderungan untuk serba cepat dan mudah telah melanda generasi muda zaman sekarang. Mereka rela mengeluarkan uang (walaupun kebanyakan uang orang tua) dengan harapan tidak repot dan susah payah. Namun demikian, masih ada juga yang bekerja keras untuk hidup mandiri dalam hal mencuci baju. Amalia, mahasiswa Fikom Unpad ini lebih suka mencuci baju sendiri. Lebih mengemat uang dijadikan alasan dan tujuan utama tindakannya. Dengan modal sabun deterjen Rp12.000,00, ia bisa mencuci baju selama sebulan. Wah, hemat juga ternyata. Begitu pula dengan Ayu. Mahasiswa yang tinggal di Cikuda ini lebih memilih mencuci sendiri. Walaupun pihak kos telah memberikan tawaran jasa cuci Rp50.000,00 per bulan, ia lebih memilih mengerjakan aktivitas dengan air itu sendiri. Dengan demikian, ia bisa berhemat sekitar Rp30.000,00 karena hanya mengeluarkan uang untuk deterjen dan pewangi pakaian saja.
Kecenderungan untuk tidak susah payah juga lebih banyak terjadi dalam hal makan. Mahasiswa-mahasiswi cenderung ingin praktis. Seperti halnya dengan Faya. Mahasiswi yang mencuci baju sendiri ini tidak bisa sendiri kalau urusan makan. Ia lebih memilih beli di luar karena praktis dan tentunya tidak repot. Menurut dia, uang yang dikeluarkan pun juga tidak terlalu jauh jika masak sendiri. Ia bisa mengeluarkan uang minimal Rp500.000,00 tiap bulannya untuk urusan perut yang satu ini. Berbeda dengan Faya, Azka, mahasiswa semester 3 ini mengaku tidak bisa masak, jadi untuk urusan makan, ia selalu beli dari luar. Saat ditanya kebersihannya, ia menjawab, tidak ada masalah. Selama ini baik-baik saja dengan masakan daerah Jatinangor. Entah mengapa kalau urusan perut hampir semua memilih menaruh kepercayaan pada orang lain. Hanya beberapa yang memasak makanannya sendiri, itu pun saat liburan saja. Contohnya Ayu, ia memang beli makan di luar, tapi kalau libur, ia memilih masak sendiri. Yang biasanya, jika beli di luar, Rp10.000,00 sampai Rp20.000 per hari, sedangkan masak sendiri bisa mengemat. Rp10.000,00 bisa buat makan tiga kali.
Di era modern seperti ini, dunia maya memang tidak bisa lepas dari kehidupan mahasiswa-mahasiswi. Di jatinangor pun mengalami fenomena demikian. Ada warnet, tempat hot-spot, bahkan kosan pun ada yang menyediakan sambungan internet. Agaknya internet menjadi kebutuhan utama di kalangan mahasiswa. Elsa, mahasiswi Manajemen Komunikasi Unpad ini lebih sering menggunakan jasa warnet. Ia menggunakan internet untuk mencari bahan tugas dan apapun yang ada kaitannya dengan kuliah. Di sisi lain, ia juga menggunakan teknologi internet untuk bergabung di jejaring sosial yang ada. Ia pun mengungkapkan harus mengeluarkan uang minimal Rp50.000,00 untuk kebutuhan ini. Lain halnya dengan Amalia. Ia biasa menggunakan modem dengan pengeluaran tiap bulannya Rp120.000,00. Berbeda lagi dengan Anggi. Ia menggunakan layanan internet di kosannya dengan biaya Rp70.000,00 per bulan. Namun demikian, ada juga yang menggunakan layanan internet gratis. Ya, dengan hot-spotan di kampus, kafe atau tempat-tempat lain yang tentunya menyediakan servis itu. Yoga, mahasiswa Agribisnis, Faperta Unpad ini lebih memilih menggunakan layanan hot-spot. Walau sering terkendala waktu, cuaca, atau tempat, pilihannya memang didasarkan pada keekonomisan. Hanya modal membawa laptop, ia bisa menjelajahi dunia maya dengan sesuka hati.
Selain hal-hal tersebut di atas, kos atau kontrakan adalah hal yang tak kalah pentingnya. Kos atau kontrakan pun beragam harganya. Dari yang termurah sampai yang termahal. Markus, memilih pondok Edelweiss di daerah jembatan Cikuda Jatinangor dengan harga 5,3 juta rupiah per tahun. Ia beranggapan, kosannya enak, nyaman, luas, dengan kamar mandi dalam. Sangat kontras dengan Yoga. Ia memilih tinggal di daerah Marga Mekar dengan harga yang relatif cukup murah dibandingkan yang lain, 1,2 juta per tahun. Walaupun demikian, kosan dia tidak seperti Markus. Kamar mandi luar dan terbilang jauh dari kampus. Tak bisa dipungkiri faktor letak yang strategis serta fasilitas memang mempengaruhi besaran biaya kos.

Itulah fenomena pilihan dan gaya hidup mahasiswa yang juga anak kos di Jatinangor. Memang semua pilihan ada sisi positif dan negatifnya masing-masing. Semua itu tergantung pada diri masing-masing. Yang jadi pertanyaan, apakah zaman modern membuat generasi muda hanyut dalam kenyamanan semata?
PILIHANMU, HIDUPMU!
(Kurniawan Agung Wicaksono)

“Aneh, Seperti Tidak Pernah Melihat Pesawat Terbang Saja”



Anda suka dengan pesawat terbang? Sejauh apakah kata “suka” di dalam diri Anda? Apakah itu bagian dari hidup Anda?
Seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Rico Alfeus L. Tuerah memiliki kebiasaan dan hobi yang berkaitan dengan pesawat terbang. Setiap kali ada pesawat terbang, selalu saja ia tertarik untuk melihatnya. Ya, orang-orang biasa yang tidak tahu hobinya pasti akan bertanya dan cenderung menyimpulkan orang ini “Aneh, seperti tidak pernah melihat pesawat terbang saja”. Namun sebenarnya tahukah Anda apa yang dilakukan Rico adalah salah satu keunikan dari hobinya.
Usut punya usut, ternyata ia sangat suka dengan fotografi khususnya untuk objek-objek pesawat terbang. Bentuk body pesawat terbang yang aerodinamis sangat saying dilewatkan untuk sebuah objek fotografi, khususnya saat take-off dan landing. Apalagi jenis pesawat terbang pun bermacam-macam. Hal itulah salah satu keuntungan dari objek pesawat terbang.
Di sisi lain, Rico juga suka hal-hal yang ada dalam perjalanan bersama pesawat terbang. Untuk semua itu, ia bergabung dengan salah satu komunitas terbesar di Indonesia yang banyak bicara segala hal berkaitan dengan pesawat terbang. Ya, Indoflyer, sebuah komunitas pecinta dunia penerbangan yang mengumpulkan beragam hobi di dalam komunitasnya. Hobi-hobi yang tergabung di dalam Indoflyer meliputi hobi Aviation photography, Game Microsoft Flight Simulator, Diecast, Radio Control Airplane, Aeromodeling, hingga ke forum diskusi penerbangan.
Komunitas yang sering bertemu lewat dunia maya ini memang sudah sangat tertata. Untuk masuk dalam komunitas ini pun Anda harus mengisi langsung formulir di websitenya www.indoflyer.net. Dengan masuk menjadi member dari Indoflyer, banyak sekali keuntungan yang didapat. Selain menyalurkan hobi yang sudah terpatri di dalam diri masing-masing, Anda juga bisa menjalin relasi serta mendapatkan info-info fresh dari beberapa maskapai penerbangan karena hampir sebagian besar pencetus komunits ini memang bekerja di maskapai penerbangan. Seperti ketua komunitas ini, Rinaldi Hanafi merupakan pilot sari salah satu maskapai penerbangan di Indonesia.
Salah satu keunikan dari komunitas ini adalah adanya cabang-cabang hobi yang tentunya masih berkaitan dengan pesawat terbang. Salah satunya adalah Game Microsoft Flight Simulator. Sebuah permainan virtual yang menerapkan sistem penerbangan dengan pemain sebagai “pilot” nya. Indoflyer memberikan informasi dan pelatihan kepada para pecinta game flight simulator untuk dapat melaksanakan kegiatan penerbangannya dengan baik dan benar. Mempelajari mulai dari dasar-dasar terbang hingga ke tahap yang lebih maju seperti program pengambilan rating suatu tipe pesawat tertentu. Tentu saja semuanya dilakukan untuk mengembangkan dunia permainan flight simulator, bukan untuk dilakukan pada dunia penerbangan sebenarnya.
Adanya forum tentang hal-hal yang berkaitan dengan penerbangan membuat orang yang mempunyai hobi dan kebiasaan hidup yang berkaitan penerbangan merasa cocok masuk komunitas ini. Di forum tersebut membahas berbagai hal yang tentunya saling terfokus pada satu topic bahasan. Biasanya, untuk game Flight Simulator sering dibahas dan didiskusikan tentang apa-apa saja yang berkaitan dengan game itu. Begitu pula dengan hal-hal yang berkaitan dengan perjalanannya. Menurut Rico, forum ini sangat bermanfaat karena member bisa tahu dan membandingkan antara pelayanan maskapai penerbangan yang satu dengan yang lainnya. Itu akan membuat standar pada masing-masing maskapai penerbangan di mata tiap member. Selain itu, sering juga forum membahas tentang kendala ataupun kerusakan yang dialami tiap pesawat terbang. Dari situlah mereka mengerti dan bisa menjadi sumber informasi juga kepada masyarakat atau orang yang akan berpergian dengan menggunakan pesawat terbang sebagai transportasinya.
Sisi keunikan yang lain adalah adanya orang-oarang yang suka mengkoleksi miniatur-miniatur pesawat terbang. Hasil penelusuran miniatur pesawat pada salah satu mall di Bandung, harga per buahnya yang kecil saja bisa jutaan. Semua itu tergantung pada kelangkaan dan kepopuleran masing-masing miniatur.
Salah satu sisi positif dari komunitas yang diikuti Rico adalah adanya kegiatan yang tidak melulu berbau penerbangan, melainkan misi kemanusiaan. Hal itu terbukti dari kegiatan yang telah dilakukan (akan rutin) dengan PMI, yaitu aksi donor darah.
Kegiatan yang sangat disukai Rico tentunya berkaitan dengan hobinya. Spotting, istilah yang digunakan untuk hunting foto bareng di lapangan pesawat terbang (bandara). Mereka juga bisa berkunjung ke hangar untuk melihat dan memotret pesawat yang sedang diperbaiki ataupun dirawat.

Dalam website Indoflyer, dijabarkan adanya beberapa kegiatan rutin, yaitu
• Outing ke instansi-instansi penerbangan 3 kali dalam 1 tahun.
• Hunting dan Spotting Photo rutin setiap bulan.
• Indoflyer Rumpi, yaitu ajang kumpul-kumpul anggota setiap minggu ke 4 setiap bulannya.
• Diecast meeting, rutin dilakukan setiap bulan
• Flight Simulator Training yang memakan waktu 6 bulan.
• Gathering yang dilakukan sekali dalam 1 tahun.
• Kegiatan-kegiatan yang berkerja sama dengan pihak lain, seperti seminar, online gamming, pameran, dan juga workshop.
Bagaimana? Apakah Anda merasa bagian dari mereka atau merasa ingin menjadi bagian dari mereka? Mendapat keluarga di dunia maya maupun nyata yang sama-sama cinta penerbangan? Langsung saja kunjungi websitenya!
Saatnya Anda menentukan!
PILIHANMU, HIDUPMU!

(Kurniawan Agung Wicaksono)

GALABO di Kota Solo



Apakah Anda mempunyai hobi dan kebiasaan atau gaya hidup jalan-jalan? Pernahkah Anda mengunjungi kota yang tak pernah tidur, Solo? Ada satu hal yang unik di Solo pada malam hari, yang tentunya berkaitan dengan urusan perut.
GALABO (GLADAG LANGEN BOGAN) adalah nama tempat wisata kuliner yang ada di Solo. Wisata kuliner di sini unik karena hanya buka dari pk 17.00 WIB. Selain itu, wisata kuliner GALABO ini mengambil konsep modern berada di sebelah timur bundaran Gladag, tepatnya di JL. Mayor Sunaryo depan Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo. sebelah utara berbatasan dengan situs bersejarah Beteng Vastenburg. Jika siang hari tetap sebagai jalan raya, sedangkan pada malam hari jalan ditutup untuk menjadi arena kuliner.
Mau mencari makanan apa saja rasa-rasanya semua ada. Ada nasi liwet, empek-empek, gudeg, cabuk rambak, timlo, nasi padang, soto, bakso, garang asem, dan masih banyak lagi. Di sepanjang jalan yang kira-kira satu kilometer tersebut ada hampir 200 buah kios atau kedai makanan dan minuman.
Tak perlu takut tidak dapat tempat karena selain kursi, sistem lesehan ala Solo asli sangat sering diminati. Dengan duduk-duduk di pinggir jalan nuansa Solo di malam hari pun dapat terasa. Tak jarang banyak orang yang datang ke GALABO hanya untuk nongkrong atau kumpul-kumpul dengan teman-temanya. Hal inilah yang sering dilakukan anak-anak muda.
Bicara soal harga, harga makanan di Solo memang selalu murah meriah. Namun ada juga orang-orang Solo asli yang menganggap makanan-makanan di GALABO itu mahal. Ya, bisa dikatakan GALABO tidak hanya menjual makanan atau minuman saja tetapi juga menyediakan tempat dan suasana yang mendukung untuk berakrab-akrab ria dengan relasi, bahkan bisa mendapat teman atau kenalan baru hanya dengan jalan-jalan di kawasan GALABO.
Letaknya yang cukup strategis dengan keraton Solo, patung Slamet Riyadi dan tempat-tempat lain membuat orang juga senang berkunjung ke GALABO. Ya, paling tidak ada tempat-tempat terdekat yang berbau budaya dan nuansa seni disana. Cocok juga untuk orang-oarang yang memiliki jiwa fotogarafi.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda siap untuk dibuat bingung memilih makanan yang pastinya semua enak-enak dan murah? Serta menikmati suasana malam di Kota Solo. Perlu diketahui, untuk akhir pekan, biasanya ada hiburan musik-musik yang disajikan di GALABO. Di sisi lain, pengunjung pun semakin banyak yang berdatangan.
Belum ke Solo rasanya jika tidak ke GALABO!
PILIHANMU, HIDUPMU!
(Kurniawan Agung Wicaksono)

Cakue

Cakue. Apakah Anda tahu makanan itu? Ya, makanan yang gurih ini ternyata bisa dibuat bermacam-macam jenis makanan lain yang menggiurkan. Mulai dari pizza cakue, cakue mayo, sampai cakue cheese dog pun ada.
Hau’s Tea. Apa yang Anda pikirkan setelah mendengar dua kata itu? Apakah Anda berpikir adanya rumah teh? Lha kok nggak nyambung ama cakue ya? Sebuah kedai yang berada di beberapa mall di kawasan Bandung ini merupakan kedai yang mempunyai menu andalan cakue. Nama ternyata membuat penasaran seseorang. Usut punya usut, nama Hau’s Tea berasal dari nama pemilik usaha ini “Hau-Hau”. Sedangkan “tea” itu bahasa Sunda.
Namanya saja bikin penasaran, apalagi menunya. Saat berbincang dengan salah satu pegawai Hau’s Tea cabang Istana Plasa Bandung, crew ph! mencicipi salah satu menu yang ditawarkan, cakue cheese dog. Dari hasil icip-icip, dapat dirasakan adanya perbedaan dengan cakue yang dijual di pinggir-pinggir jalan. (ya iyalah, harganya aja beda) Cakue produksi Hau’s Tea tidak lengket dan lembek. Rasanya pun gurih.
Makanan yang cocok dengan lidah orang Sunda ini memang menjadi makanan semua kalangan. Tidak hanya anak muda, orang tua pun sangat gemar mampir dan tentunya membeli cakue ini. Harga satu porsi original (2 cakue) Rp5.000,00. Untuk makanan yang bervariasi, kisarannya Rp10.000,00.



Bagaimana? Tertarik untuk mencoba mencicipi?
Orginial atau variasinya, tergantung Anda!


PILIHANMU, HIDUPMU!
(Kurniawan Agung Wicaksono)

Virus FB Telah Lama Mewabah



Di zaman yang serba modern ini, hampir semua orang mengenal dan menggunakan layanan internet. Selain untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan, internet bisa memperluas jaringan atau relasi. Facebook merupakan wadah untuk mencari, mendapatkan, mengenang, berjumpa dengan relasi. Jejaring sosial ini sudah lama mewabah di Indonesia apalagi di kawasan pendidikan, Jatinangor. Lebih dahsyatnya lagi, jejaring sosial yang satu ini menjadi salah satu sarana gaya hidup dewasa ini.
Siapa yang tak kenal FB? Jejaring sosial yang satu ini memang sangat populer di semua kalangan, apalagi di kalangan anak muda. Beragam manfaat yang bisa didapat dengan FB. Herlina, cewek kelas XII ini mengaku bisa mendapat teman lewat FB (singkatan populer FB). Selain itu, ia bisa mencurahkan isi hatinya lewat tulisan-tulisan di FB. Hampir sama dengan Herlina, Tita teman sekelas Herlina yang ditemui dalam sebuah acara di kawasan Jatinangor ini mengungkapkan hal yang membuatnya gembira. Dengan FB, ia bisa ketemu dengan teman-teman lama. Bahkan, ia bisa reuninan bersama. Dari situ kita bisa lihat manfaat FB memang banyak, dengan FB kita dapat berjumpa lagi dengan teman lama, manemukan teman baru, bergabung dengan komunitas seperti komunitas musik, sekolah, olahraga, agama, dan lainnya. Terlebih lagi bagi orang-orang yang berada jauh dari tempat asalnya, jarak sejauh apapun akan terasa dekat, kerena FB ditunjang dengan berbagai feature yang berbeda dari situs jejaring sosial lainnya, seperti chatting, update status, dan sebagainya. Selain sebagai tempat mencari teman, dan mengekspresikan diri, FB ternyata juga dimanfaatkan sebagai media promosi dan kampanye. Banyak perusahaan dan tokoh-tokoh politik melakukan promosi dan kampanyenya di FB. Dan memang hasil yang di dapat cukup positif. Dengan FB pula, kita bisa cepat menarik massa. Terbukti saat kasus KPK dan POLRI “cicak dan buaya”, ada gerakan dukungan besar terhadap masing-masing pihak lewat FB.
Walaupun demikian, ada juga orang yang tidak mau menggunakan fasilitas ini. April, mahasiswa Fikom Unpad ini tidak tertarik sama sekali dengan FB. Ia beranggapan seakan FB itu membuat orang semakin mengurangi interaksinya dengan orang lain dan ia tidak suka dengan hal itu. Namun, baru-baru ini ia sudah punya account di FB. Saat ditanyakan alasannya, ia menjawab, karena semua komunikasi sudah lewat FB. Dan rasa tidak suka itu masih tetap ada, tapi mau bagaimana lagi, ia hanya menggunakan FB untuk sarana informasi.
Sependapat dengan April, tapi berbeda alasan. Ya, Penelitian terdahulu mengatakan, penggunaan FB yang berlebihan juga berdampak pada prestasi seseorang. Menurut penelitian yang dilakukan di Ohio state University menunjukan seseorang yang mempunyai account di FB cenderung mempunyai IPK lebih kecil dari mahasiswa yang tidak mempunyai account di FB. Ini disebabkan karena konsentrasi yang pecah akibat melakukan aktivitas kuliah sambil membuka FB. Walaupun data ini hanya bersifat kolektif, namun ini dapat menjadi perhatian bagi pengguna FB untuk tidak menggunakan FB secara berlebihan. Penggunaan FB yang berlebihan juga akan bisa berdampak pada psikologis manusia, contohnya pola komunikasi seseorang akan terganggu, seseorang lebih cenderung untuk mengajak temannya berkomunikasi di FB daripada melakukan komunikasi secara langsung. Karena mereka merasa akan lebih bebas untuk menyampaikan sesuatu lewat tulisan. Selain itu FB sekarang cenderung digunakan untuk ajang “narsis-narsisan”, mengekspresikan diri secara berlebihan, pengekspresian diri ini terlihat sudah tidak wajar, mereka berusaha untung memancing seseorang untuk merespon apapun yang di-post atau yang ditulisnya pada FB, apakah itu foto, atau status. Akibatnya bisa tercipta rasa persaingan, kecemburuan bahkan bisa pertengkaran.
Dampak yang lebih buruknya lagi ditemukan di FB hal-hal yang berbau pornografi, seperti foto-foto tidak senonoh, tulisan-tulisan kasar dan ‘jorok’ bahkan video-video porno, ini sangat disayangkan FB yang awalnya adalah situs yang digunakan untuk mengekspresikan diri malah disalahgunakan menjadi ajang ‘jual diri’.
Ya semacam itulah ternyata sisi-sisi yang selama ini mungkin belum kita sadari dalam gaya hidup seperti ini. Perkembangan teknologi sekarang juga banyak mendukung akses jejaring sosial ini. Salah satunya yang marak lewat handphone. Sisi negatif memang tidak akan bisa lepas dari setiap hal. Namun demikian, sisi negatif itu tidak akan terasa bahkan menghilang jika kita selalu mengambil dan menggunakan sisi positifnya. Gaya hidup yang dinamis memang perlu, tapi tidak harus menyerap semua isu dan hal baru. Selayaknya kita menyaring hal-hal tersebut.
(Kurniawan Agung Wicaksono)

Kamis, 10 Juni 2010

Jiwa Sudah Menyatu, Menghabiskan Uang Tak Ragu

Pernahkah Anda mendengar, melihat, bahkan memegang boneka yang dirancang khusus “DEWASA”? Bisa dikatakan mirip Barbie, bisa juga tidak karena biaya perawatannya melebihi biaya hidup manusia!
Salah satu gaya hidup dua mahasiswi Universitas Kristen Maranatha, Bandung mempunyai keunikan dan keanehan tersendiri. Sabeth dan Sera menghabiskan sebagian besar waktunya dengan sebuah boneka yang dirancang khusus orang dewasa, Ball jointed-doll (BJD). Keduanya menganggap BJD kesayangannya sebagai “anak” mereka.
Boneka yang dikenalkan pertama kali oleh Jepang ini memang tidak diperuntukkan bagi anak-anak. Hal itu dikarenakan boneka modern ini berbahan dasar Polyuthine resin, plastik dan senar baja didalam badannya. Substansi-substansi tersebut membahayakan bagi anak-anak.
Salah satu merk BJD yang cukup terkenal dan banyak dibeli adalah Super Dolfie. Super Dolfie pertama dibuat di Korea (1999). Sekitar 2005-2006, BJD mulai terkenal di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tak jarang pula yang mulai gemar mengoleksinya.
BJD memang bukan boneka biasa. Hal itu dikarenakan merawat BJD melebihi merawat diri sendiri sebagai manusia. Sabeth dan Sera tak main-main menghabiskan uang jajannya untuk gaya hidup yang satu ini. Sabeth mempunyai Super Dolfie ukuran 40 cm yang ia beli secara online dari Korea, “Fey”. Di sisi lain, Sera punya Super Dolfie ukuran 40 cm yang ia beri nama “Kou” dan ukuran 70 cm, “Kei”. Untuk ukuran 40 cm seperti “Fey” dan “Kou”, harganya berkisar tiga juta rupiah sedangkan ukuran 70 cm seperti “Kei” harganya lima juta rupiah. Harga tersebut belum termasuk baju dan aksesoris (nude).
Sabeth sudah menghabiskan sekitar dua juta untuk baju dan aksesoris “Fey”. Setiap bulannya, ia menyisihkan uang sebesar enam ratus ribu rupiah untuk perawatan dan sebagiannya untuk membeli baju dan aksesorisnya. Tak jarang, untuk mengumpulkan uang sebesar itu, ia sering berpuasa. Sedangkan Sera sudah menghabiskankan sekitar sepuluh juta untuk “Kei” dan “Kou”. Tiap bulannya ia menabung satu juta rupiah, murni dari uang jajannya.
Mereka berdua mengaku tidak keberatan mengeluarkan uang banyak karena Super Dolfie yang mereka miliki, dianggap seperti anak yang amat mereka sayang. Sera menambahkan, kedua Super Dolfienya memiliki jiwa dan sudah menyatu dengan dirinya. Jika ia sedang merasa sedih, muka mereka juga ikut sedih. Ia juga menceritakan, “Kou” dan “Kei” suka bertengkar. “Kou” merupakan pribadi yang bossy dan suka difoto, sedangkan “Kei” seperti ratu dan pemalu.
Memang tidak dapat dipungkiri gaya hidup seperti ini memang cocok untuk orang-orang yang “berada”. Selain biayanya yang melambung tinggi, waktu yang disediakan untuk sang “anak” harus ekstra banyak. Namun itulah keunikan gaya hidup seperti ini. Mereka bisa berimajinasi dan “merasakan” adanya kesatuan dan kecocokan “hati” dengan sang “anak”.
TERTARIK? SIAP ROGOH KOCEK UNTUK TEMAN IDAMAN DALAM BERBAGI?
SEMUA TERGANTUNG PILIHAN ANDA! PILIHANMU, HIDUPMU!
(Kurniawan Agung Wicaksono)

Rabu, 09 Juni 2010

Dari Hobi, Menjadi Usaha

Bukan hal biasa lagi bila ada beberapa orang sukses yang berhasil menjadikan hobinya sebagai bisnis. Ini pula yang dialami oleh Regina atau yang sering dipanggil Ina. Dengan mengandalkan hobinya “merangkai” foto dengan balutan hiasan yang berasal dari kertas maupun pita, ia bersama seorang sahabatnya, memutuskan untuk membuka sebuah toko yang bernama My Scrapbooking Ideas (MSI).

Mungkin beberapa dari kita akan bertanya, apa itu scrapbooking? Kegiatan scrapbooking adalah kegiatan menghias foto, dengan menggunakan media yaitu kertas. Ini dilakukan agar foto yang kita hias dapat bertahan terus dan menjadi memorabilia bagi kita ataupun anak dan cucu kita. “Mungkin saja dari dulu kita melakukannya, tapi sekarang dikomersilkan. Kegiatan ini memiliki nilai plus. Hal tersebut terlihat dari kertas yang digunakan dapat bertahan hingga 100 tahun,” ucap Ina yang telah membuka MSI sejak 22 Juni 2007.

Kegiatan yang lebih banyak disukai oleh kaum ibu muda menengah ke atas, sekitar usia 25-40 tahun, menjadi banyak diminati. Ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah pembeli dan juga peserta dalam kelas yang diadakan oleh MSI seminggu dua kali, untuk kawasan Bandung. “Pertama kali kami langsung buka tiga toko, dua di Jakarta dan satu di Bandung. Sekarang yang di Jakarta sudah bertambah banyak. Untuk Bandung, Juni ini kami mau membuka toko baru di PVJ,” lanjutnya.

Toko yang berpusat di Cascade, Jalan R.E. Martadinata, Bandung, menawarkan kelas yang dapat diikuti oleh siapa pun yang memang tertarik dengan dunia scrapbooking. “Di kelas yang kami buka, peserta akan diajarkan memilih kertas yang baik, bagaimana mencetak foto yang bagus, layout, mix-max warna, journaling, mengatur komposisi, dan lainnya. Tidak ada paket dan setiap kelas yang diadakan itu berdiri sendiri. jadi, tidak akan ada orang yang merasa ketinggalan pelajaran. Gurunya pun berasal dari komunitas scrapbooking,” ujar wanita yang belajar otodidak ketika pertama kali mengenal scrapbooking.

Kegiatan yang juga memacu kekreativitasan ini, hanya membutuhkan enam hal. Keenam hal tersebut adalah pena, kertas, gunting, penggaris, ukuran kertas (paling tidak berukuran 12”), dan bahan perekat.

Dalam melakukan scrapbooking, Ina sangat menganjurkan untuk menggunakan kertas yang berkualitas, dengan harga yang bisa dikatakan tidaklah murah, tapi berkualitas tinggi. “Kertas yang berkualitas dan yang kami sediakan di MSI adalah kertas yang acid free dan lignin free. Kertas yang seperti itu akan bisa tahan 100 tahun dan tidak menguning. Tidak mau kan foto kenangan kita yang sudah dihias menjadi kuning hanya karena memakai kertas yang tidak acid free dan lignin free? Dan semua bahan tersebut, kami impor langsung dari luar,” sambungnya.

Apa saja yang bisa kita taruh di halaman scrapbook kita?Ada lima hal yang dapat kita pasang dalam halaman scrapbook kita, yaitu foto kenangan maupun tentang peristiwa yang penting dan tidak terlupakan, kertas yang disesuaikan dengan warna foto kita, judul, journaling atau cerita singkat mengenai foto tersebut, dan penambahan ornamen lain seperti pita, stiker, dan lainnya.

Tapi hal yang terpenting menurut Ina dalam melakukan kegiatan ini, adalah keberanian kita sendiri untuk menghias dan berkreasi terhadap foto-foto kita. “Sepertinya kegiatan ini akan semakin baik di Indonesia. Ini juga karena semakin banyak yang minat di dunia semacam ini. Walaupun ini hobi menengah ke atas, tapi bisa dijadikan bisnis untuk mereka pribadi,” ujar wanita yang juga menjadi guru di MSI ini.

Apakah kamu tertarik dengan kegiatan scrapbooking ini? Jika jawabannya “iya”, jangan ragu untuk mengunjungi tokonya yang berada di Cascade, Jalan R.E. Martadinata, Bandung, atau di berbagai mall di Jakarta.

Info lebih jelasnya bisa juga kamu dapatkan dengan mengunjungi www.myscrapbookideas.com atau lewat Facebook.

MSI juga tidak menutup kemungkinan bagi kamu yang berminat menjadi guru di sana lho!
Tunggu apa lagi? Ini bisa menjadi hobi baru kamu, atau bahkan bisnis baru kamu.


Fitriana Aprilcilla Suherli, 210110080039

Selasa, 08 Juni 2010

Sukses Berbisnis Online Shop

Sudah hal pasti kita tahu apa itu online shop. Mungkin beberapa dari kita sedang mengusahakan bisnis ini. Kalau kita lihat di dunia maya, sudah banyak nama online shop yang beredar di media sosial seperti Facebook. Misalnya saja Nafa Shop, Rheinz Butik, dan lainnya. Rata-rata, mereka yang mengusahakan bisnis ini berasal dari kalangan mahasiswa. Dengan alasan ingin mencari uang dan meringankan beban orang tua, mereka mencoba berbisnis online shop.

Adapun seorang mahasiswa angkatan 2006, Jurusan Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, memulai bisnis ini sejak awal 2009. Bahkan walau baru berjaan selama satu setengah tahun ini, sudah banyak keuntungan yang dihasilkan olehnya.

Sri Rahayu, atau yang sering dipanggil Tiliet, mengawali bisnis ini hanya karena iseng-iseng saja. “Dulu karena baju saya itu banyak dan enggak tahu harus diapain, jadinya saya itu jual ke temen-temen. Kemudian, ternyata waktu itu di kosan mau pasang internet, saya mulai berpikir, kenapa enggak coba bisnis online shop aja? Dan akhirnya jadi seperti sekarang,” tutur wanita kelahiran Karawang, 29 Desember 1988 ini.

Online shop yang didirikannya ini hanya menjual beraneka jenis baju. “Pernah mencoba jual sepatu, tapi itu hanya bertahan tiga sampai empat bulan,” ucapnya.

Dengan mengusung nama d’Leaf Shop, Kisaran harga yang ditawarkan semuanya di bawah Rp 50.000,00. Pengirimannya pun mudah, yaitu dengan menggunakan jasa pos JNE. “Pembayarannya bisa lewat rekening BCA, BNI, dan Mandiri,” jelasnya.

Walau sulit untuk merata-rata berapa penghasilan yang berhasil dikumpulkan, Tiliet mengaku bahwa dari bisnis ini, ia sudah bisa menghidupi dirinya tanpa harus dibiayai oleh orang tuanya lagi.

“Saya juga membantu orang lain yang ingin berbisnis seperti ini juga. Bagi mereka yang re-saler, harganya sekitar Rp 35.000,00-an saja. Re-saler ini juga sudah ada di mana-mana,” lanjutnya.

Walau ia pernah mengalami ditipu oleh pembelinya, tapi hingga sekarang, sekali upload foto bajunya di Facebook, barang tersebut langsung dipesan hingga beberapa piece. “Saya punya supplier sendiri di Bandung. Biasanya untuk model-model bajunya, saya melihat dari majalah-majalah, dan saya buat replika yang hampir mirip dengan itu,” ucap gadis yang memang sudah menyukai fashion sejak dulu dan suka berbisnis ini.

Meskipun dulu sempat berbisnis bersama dengan temannya dan memiliki empat online shop (termasuk d’Leaf shop), hingga sekarang, hanya online shop miliknya saja yang masih bertahan. “Bisnis ini sendiri saja. Apalagi yang lain juga sedang sibuk, akhirnya saya tetap menjalankan yang punya saya sendiri saja,” lanjut Tiliet yang juga sedang mempersiapkan skripsinya.

Tiliet juga memiliki saran yang bisa kamu gunakan, jika suatu saat nanti kamu juga ingin menjalankan bisnis online shop. “Harus percaya diri kalau kamu bisa menjalankan bisnis ini. Dan kalau memang sudah terjun di dunia online shop, harus hati-hati, karena bisa saja tertipu. Jangan takut untuk bersaing juga, apalagi sudah banyak bisnis yang semacam ini,” ujarnya.

Online shop memang akan selalu berkembang, seiring dengan kemajuan teknologi. Apalagi jika mengingat banyak keuntungan yang bisa didapat dari bisnis semacam ini. Jika kamu memang ingin dan berminat menjalankan bisnis ini, jangan ragu untuk memulainya. Siapa tahu kamu bisa menjadi seperti Tiliet.

Jangan lupa juga untuk mengunjungi d’Leaf Shop di Facebook, dan kalau kamu suka, langsung pesan saja. Ok?


Fitriana Aprilcilla Suherli, 210110080039

Tetap Betahan Walau Sudah Tua


Apa rasanya kalau makan roti ataupun menikmati es krim, di tempat yang sudah berumur lebih dari 80 tahun? Bahkan makanannya diolah dari alat-alat yang juga sama tuanya dengan tempat makan tersebut. Terbayangkah Anda?

Sumber Hidangan, adalah nama tempat makan tersebut. Nuansa tempat makan milik seorang Tionghoa ini, tetap dipertahankan dari 1929 hingga sekarang. Adapun ala-alat yang digunakan untuk membuat roti, kue, dan es krim, masih sama dengan alat-alat yang digunakan di tahun awal berdirinya. Walaupun mereka tetap mempertahankan hal tersebut, masyarakat Bandung tetap saja tertarik, bahkan menjadi pelanggan setia. Bukan hanya roti, kue, dan es krim yang disediakan di sini, ada juga makanan lainnya, seperti nasi goring, bistik, dan lainnya.

Roti, merupakan makanan yang khas dari tempat ini. Khas karena bentuknya yang besar dan “gempal”. Bagian atas dari roti ini juga keras. serta tidak akan mudah menciut, membuat roti ini terlihat menggiurkan saat dipajang oleh mereka.Apa sih yang membuat roti ini bisa begitu nikmat? Dan jawabannya adalah karena ia tidak menggunakan bahan pengawet. Salah seorang pegawai yang bekerja di sana menuturkan bahwa roti dan kue-kue yang ada di sana, hanya mampu bertahan satu hari saja. Ini pun membuktikan bahwa roti ini dibuat dengan menggunakan bahan alami.

Lain halnya dengan roti, es krim di Sumber Hidangan juga memiliki kekhasannya sendiri. Terdapat beraneka macam jenis es krim dengan nama yang unik. Contohnya adalah Black and White (vanilla dan coklat), Noga (vanilla dan kacang), Snow White (vanilla dengan kismis), Morccus (coklat dengan kacang), Marasquino (vanilla menggunakan rum), dan sebagainya. Rasa yang diberikan oleh es krim yang juga diolah dengan bahan alami ini, berbeda dengan es krim pada umumnya. Yang berbeda adalah saat selesai menyantapi es krim ini, akan ada rasa manis di tenggorokan. Rasa manis ini juga tidak menimbulkan haus, yang biasanya dialami jika menikmati es krim lainnya.

Kisaran harga yang ditawarkan oleh Sumber Hidangan masih terhitung murah, mengingat kita akan mendapat kualitas makanan yang sangat baik. Untuk es krim, harga yang ditawarkan adalah sekitar Rp 6.000,00 hingga Rp 7.000,00. Untuk rotinya sendiri, harganya adalah Rp 9.000,00. Kalau di rata-rata, semua makanan dan minuman yang juga ada di tempat ini berada di bawah Rp 20.000,00.

Tertarik untuk datang dan mencoba Sumber Hidangan? Jangan ragu-ragu untuk datang!

Alamat : Jalan Braga no. 20-22, Bandung, Jawa Barat
No. Telp. : 022-4236638


Fitriana Aprilcilla Suherli, 210110080039

Kamu Tahu, Jadi Jauhi dari Sekarang!


Narkoba bukan kata asing lagi di telinga kita. Kata bahkan barang tersebut sudah menjadi hal wajar dan biasa kita lihat di berita-berita kriminal. Dari dulu, mungkin ketika SMP ataupun SMA, kita pernah mendapat penyuluhan mengenai hal tersebut. Apalagi tentang penyakit AIDS ataupun hepatitis B atau C, yang akan mendatangi kita jika memakai narkoba. Akan tetapi, kenapa tetap saja ada orang yang terjatuh dalam lingkaran narkoba itu terus ya?

Di Indonesia, ada satu yayasan sosial yang sudah berdiri sejak Agustus 1999, dan memiliki perhatian lebih kepada anak-anak Indonesia, terutama dalam hal pencegahan penyalahgunaan narkoba. Nama yayasan tersebut adalah Yayasan Cinta Anak Bangsa (Y.C.A.B). Y.C.A.B memiliki kantor pusat di Jakarta, dan kantor cabang di Manado dan Banten. Secara garis besar, kegiatan yang dilakukan Y.C.A.B adalah pencegahan dengan memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah, konseling, training, dan kampanye.

Jatinangor, 15 Mei 2010, mungkin merupakan hari pertama diadakannya penyuluhan mengenai narkoba di salah satu sekolah yang ada di daerah ini. SMA 1 Jatinangor yang berada di kawasan Cisaladah, Jatinangor, Sumedang, merupakan tempat diadakannya penyuluhan narkoba ini. Antusias dan ingin tahu banyak adalah reaksi yang terlihat dari wajah dan sikap anak-anak SMA yang ikut penyuluhan ini. Menurut Ketua Panitia dari acara Putih Abu-Abu Bukan Berarti Abu-Abu “Hukum Melindungi Remaja dari Bahaya Narkoba”, Rizky Eka Putra, acara ini diadakan selain untuk pemenuhan salah satu tugas kuliah, mereka juga melihat bahwa narkoba itu memiliki bahaya yang tidak henti-hentinya menjangkiti kaum muda, yang umurnya masih rentan. “Selain itu juga belakangan ini di televisi marak pemberitaan mengenai pengedar narkoba yang ditangkap. Kami juga memilih penyuluhan di Jatinangor, karena kami melihat daerah Jatinangor dan Sumedang itu sepertinya belum pernah dilakukan penyuluhan mengenai narkoba ini. Kalau di Bandung, pastinya sudah ditangani oleh pihak Y.C.A.B.,” ujar mahasiswa angkatan 2009 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Acara ini mendatangkan pihak Polsek Jatinangor dan Y.C.A.B. sebagai narasumbernya.

Jatinangor sendiri merupakan sebuah kawasan (atau mungkin bisa dikatakan sebagai desa), yang wilayahnya sangat dipadati oleh mahasiswa. Hal ini terjadi karena kawasan ini memiliki empat perguruan tinggi, yaitu IPDN, Ikopin, Universitas Winaya Mukti, dan Universitas Padjadjaran. Kapolsek Jatinangor sendiri memberikan pandangan narkoba dari segi hukum yang akan didapat jika terbukti menggunakan narkoba. Menurut Kapolsek Jatinangor, Supratno, pihaknya belum pernah menangkap maupun menerima laporan mengenai kasus narkoba di Jatinangor. “Kami sudah melakukan beberapa usaha seperti penyuluhan di desa-desa, karang taruna, dan kepada para tukang ojek, agar mereka tidak terlibat kasus narkoba, mengingat tukang ojek sering berhubungan dengan banyak orang. Penyuluhan ini sendiri sudah dilakukan tahun lalu (2009-red.). Untuk rencana ke depan, kami akan berkoordinasi dengan dosen dari Fikom Unpad, dan penyuluhan seperti ini akan kami coba gelar lagi,” ujarnya.

Apa itu narkoba, penyakit apa saja yang akan dialami jika memakai narkoba,serta bagaimana pencegahan agar tidak memakai narkoba, merupakan materi yang diberikan oleh perwakilan Y.C.A.B. yang ada di Bandung, Jawa Barat. Perwakilan Y.C.A.B. di Kota Bandung belum memiliki kantor resmi, sehingga masih bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Bandung. Walaupun demikian, perwakilan ini sudah banyak melakukan penyuluhan di SMA atau SMK negeri maupun swasta di seluruh Kota Bandung. “Untuk Jatinangor dan Sumedang sendiri, kami belum pernah mengadakan penyuluhan. Tapi dengan adanya kegiatan ini, kami akan memberitahukan hasil penyuluhan ini kepada kantor pusat di Jakarta, sehingga nantinya akan ada penyuluhan lebih lanjut di sini,” ucap Nurtaniapuri, salah seorang Tim Campaign YADA - Y.C.A.B.

“Untuk mahasiswa di perguruan tinggi sendiri, kami belum melakukan penyuluhan kepada mereka. Karena kami lebih concern kepada usia-usia 12-20 tahun, atau setara SMP dan SMA atau SMK, mengingat usia mereka adalah usia rentan terkena narkoba. Tapi banyak mahasiswa yang menjadi anggota Y.C.A.B. Kalau dari masyarakat Bandung sendiri, kami sudah pernah melakukan penelitian di Karang Taruna dan RW-nya,” lanjutnya.

Nah, kamu tentunya sudah lebih mengerti kan tentang apa itu narkoba dan apa bahayanya? Kalau kamu sudah tahu segala bentuk dari lingkaran narkoba itu, tetap dan selalu jauhi narkoba ya.

Fitriana Aprilcilla Suherli, 210110080039

Komunitas Pencinta Skateboard di Jatinangor

Mungkin saja beberapa dari teman-teman mahasiswa pernah melihat atau mungkin juga ikut dalam komunitas ini. Komunitas pecinta skateboard ini muncul dan mulai berlatih sekitar pukul 16.00. Kehadirannya hampir setiap hari, jika tidak sedang hujan. Setelah mempersiapkan segala perlengkapan untuk bermain skateboard, mereka langsung siap untuk memperlihatkan kemampuan mereka dalam bermain. Biasanya, mereka berlatih di jalanan sekitar Universitas Padjadjaran, lebih tepatnya di dekat ATM BNI Unpad.

Soboboys Club adalah nama dari komunitas ini. Memang, jika dilihat dari namanya, maka komunitas ini hanya diperuntukkan bagi kaum Adam. Komunitas skateboar ini tidak melihat batasan usia dan kalangan mana seseorang berasal. Hanya bermodal hobi yang sama, maka komunitas ini dapat berdiri dan bertahan hingga sekarang. Keanggotaan dalam komunitas ini juga tidak ada batasnya. Jika memang suka dan ingin terus mengasah kemampuan bermain skateboard, maka sering-seringlah bermain dengan anggota yang lainnya.

“Komunitas ini awalnya ada dan berdiri sekitar 2002. Yang mendirikannya itu anak-anak Unpad yang punya ketertarikan sama, yaiotu bermain skateboard,” ucap Indra Tijana, mahasiswa angkatan 2005 Hubungan Internasional FISIP Unpad, yang juga merupakan salah satu anggota dari komunitas ini.

Komunitas yang dulunya bernama Pakuan Skateboard Community, hingga sekarang memiliki anggota yang kira-kira berjumlah dua puluhan orang. “Kami berasal dari mana saja. Ada yang dari Cileunyi dan juga Rancaekek. Rata-rata mahasiswa. tapi ada juga yang masih SMP dan SMA,” lanjut pria yang lahir di Batam ini.

Tempat mereka bermain skateboard juga tidak selalu di Unpad. Mereka juga datang ke Kota Bandung untuk bermain bersama di sana. Tanpa pelatih dan hanya mengandalkan kemampuan pribadi masing-masing anggotanya, mereka selalu belajar untuk menjadi skater yang mahir.

Komunitas ini sempat mengajukan diri untuk dijadikan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Unpad. Tapi karena masih terbentur dengan persyaratan yang ada, maka komunitas ini masih menjadi tempat kumpul-kumpul anak muda yang senang dengan skateboard.

Soboboys Club tidak hanya berkumpul dan berlatih saja. Mereka juga turut memeriahkan kompetisi skateboard yang diadakan oleh beberapa pihak.

“Desember lalu, kami ikut kompetisi skateboard di Jakarta. Kalau ada kompetisi lagi, kami akan ikut,” ujarnya.

Meskipun demikian, Indra berharap agar komunitas ini tetap dapat bertahan sampai kapan pun. Sebagai komunitas skateboard yang mungkin hanya ada satu di Jatinangor ini, menurut Indra, tidaklah perlu takut untuk bergabung bersama mereka. Siapa pun yang memang ingin belajar dan tertarik dengan dunia skateboard, sangat dipersilahkan untuk datang dan bergabung.

Apa kamu juga termasuk penggemar skateboard? Jika jawabannya “iya”, tidak perlu ragu untuk melihat dan bergabung dengan mereka.


Fitriana Aprilcilla Suherli, 210110080039